ETIKA
LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan jaman, sebagian besar dari masyarakat
Indonesia terpengaruh dengan pergaulan, budaya dan teknologi yang berkembang,
hal ini menyebabkan kenegatifan generasi muda saat ini.
Atas dasar itu, pendidikan etika dalam bermasyarakat terhadap generasi
muda penting diberikan dan diberlakukan. Karena merekalah yang akan menjadi
penerus bangsa pengatur kehidupan bermasyarakat menjadi lebih maju.
TUJUAN
- Pengertian
dari etika.
- Perbedaan
dari etika dan etiket.
- Pengertian
dari macam – macam etika.
- Hubungan
antara etika dan moral.
- Perbedaan
etika dan etiket
RUMUSAN MASALAH
- Apakah
pengertian etika?
- Apakah
perbedaan dari etika dan etiket?
- Apa saja
macam – macam etika?
- Bagaimanakah hubungan antara etika dan moral?
- Bagaimanakah penerapan etika dalam kehidupan sehari – hari?
ISI
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani
Kuno “Etho”, dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti: tempat tinggal yang
biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak , watak; perasaan,
sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak: adat kebiasaan. Oleh Aristoteles
istilah Etika sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi jika diambil
dari asal usul kata maka etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
Ada juga yang mengatakan, Etika (Yunani Kuno:
"ethikos", berarti
"timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana
cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi 1998, etika adalah: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan
asas atau nilai moral; ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika adalah ilmu yang bersifat
normative dan yang menganut metode pendekatan yang bersifat prespektif. Menurut
ilmuwan yang bergerak dibidang sains, yaitu bahwa etika melakukan pendekatan
serta analisa yang tidak ilmiah, tidak rasional, tidak relevan dan sewenang
wenang. Ilmiah disini adalah, ia mempunyai asumsi-asumsi yang jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan , ia melakukan analisi secara rasional, logis dan
jernih, dan melakukan pendekatan masalah secara konsisten, koheran dan
sistimatis.
Sesuai dengan hakekat dan fungsinya,
etika adalah ilmu yang secara ilmiah bertugas untuk melakukan penilaian
terhadap kenyataan dan bertujuan untuk membantu manusia ketika ia harus memilih
dan mengambil keputusan mengenai apa yang benar dan salah apa yang baik dan
jahat, bahkan apa yang tepat dan tidak tepat bagi tinfakan manusia, baik secara
individual ataupun secara kelompok.
Menurut para ahli:
Menurut Prof.Dr.Ahmad Amin,Etika yang berasal dari bahasa Yunani
“Ethos”,yaitu segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan sesuatu
dengan ikhtiar dan sengaja,dan pada waktu melakukannya ia mengetahui apa yang
ia perbuat.
Sedangkan menurut Abudin nata,etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan
buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan
etika di dalam kajian filsafat praktis (practical
philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis
dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita
rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap
hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika . Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya
etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Perbedaan Etika
Etiket
Dari sumber lain mengatakan, Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal
dari kata Inggris etiquette,
yang berarti sopan santun. Perbedaannya, antara lain: etiket menyangkut cara
suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku baik saat sendiri maupun
dalam kaitannya dengan lingkup sosial. Etiket bersifat relatif, tergantung pada
kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanya berkaitan dengan segi lahiriyah,
etika menyangkut segi batiniah. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi
yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada
binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang
dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan memunyai dua
macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan
keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan
sesuatu).
Macam – Macam Etika
A. Etika deskriptif
Hanya melukiskan tingkah laku moral
dalam arti luas. Misal, adat
kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari
moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu.
B. Etika normatif
Etika yang
tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif:
memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa
sesuatu dianggap baik atau buruk
C. Metaetika
Meta berati
melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada
tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dalam dunia
modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol. Pertama, pluralisme
moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi. Bagaimana
seseorang dari suatu kebudayaan harus berperilaku dalam kebudayaan lain. ini
menyangkut lingkup pribadi. Kedua, masalah etis baru yang dulu tidak terduga,
terutama yang dibangkitkan oleh adanya temuan-temuan dalam teknologi, misalnya
dalam biomedis. Ketiga, adanya kepedulian etis yang universal, misalnya dengan
dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948.
D. Moral
dan Hukum
Hukum dijiwai
oleh moralitas, moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja
dan agar berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sedikitnya ada empat perbedaan antara moral dan
hukum.
Pertama, hukum lebih dikodifikasi
daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara sistematis disusun dalam
undang-undang. Karena itu hukum memunyai kepastian lebih besar dan lebih
objektif. Sebaliknya, moral lebih subjektif dan perlu banyak diskusi untuk menentukan
etis tidaknya suatu perbuatan.
Kedua, hukum membatasi diri pada
tingkah laku lahiriah, sedangkan moral menyangkut juga aspek batiniah.
Ketiga, sanksi dalam hukum dapat
dipaksakan, misalnya orang yang mencuri dipenjara. Sedangkan
moral sanksinya lebih bersifat ke dalam, misalnya hati nurani yang tidak
tenang, biarpun perbuatan itu tidak diketahui oleh orang lain. Kalau perbuatan
tidak baik itu diketahui umum, sanksinya akan lebih berat, misalnya rasa malu.
Keempat, hukum
dapat diputuskan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
Tetapi moralitas tidak dapat diputuskan baik-buruknya oleh masyarakat. Moral
menilai hukum dan bukan sebaliknya.
E. Etika
Filosofis
Etika
filosofis
secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia.
Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. Berikut akan dijelaskan dua
sifat etika.
Non-empiris
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian,
filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di
balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya
berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya
tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada. Etika tidak bersifat teknis
melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti
hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, sambil melihat teori-teori etika
masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.
F. Etika
Teologis
Ada dua hal yang berkaitan dengan etika
teologis.
Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap
agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis
merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di
dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah
memahami etika secara umum. Secara
umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis . Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda
antara etika filosofis dan etika teologis. Setiap agama dapat memiliki etika
teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang
lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.
G. Relasi
Etika Filosofis Dan Etika
Teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan
etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua
etika ini, ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan, yaitu.
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas
untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan
etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika
ini, dengan mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu entitas baru.
Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum,
sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D.
Schleiermacher
(1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai
gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel
kereta api yang sejajar. Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa
keberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa
etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap
pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum
dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun
kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadap pandangan
Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap
setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka. Ada pendapat lain yang menyatakan
perlunya suatu hubungan yang dialogis antara keduanya. Dengan hubungan dialogis
ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua
horizon yang paralel saja. Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis
ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam
bagaimana ia seharusnya hidup.
Hubungan
Etika Dan Moral
Secara
etimologi moral berasal dari bahasa latin,mores yaitu jamak dari kata mos
berarti adat kebiasaan.
Abudin nata mengatakan bahwa moral merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat,perangai,kehendak,atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar,salah,baik atau buruk.
Dapat
dipahami bahwa moral merupakan stadar atau batasan terhadap aktivitas yang
dilakukan seorang manusia dengan nilai baik,buruk atau benar,salah sehingga
dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui jika seseorang dikatakan bermoral
maka yang dimaksud adalah baha orang itu tingkah lakunya baik dan sesuai dengan
tuntutan agama.sebaliknya jika seseorang dikatakan tidak bermoral maka yang
dimaksud adalah orang tersebut bertingkah laku yang tidak baikdan brtentangan
dengan ajaran agama.
Hubungan antara Etika dan Moral
- Etika dan moral mengacu kepada ajaran
atau gambaran tentang perbuatan,tingkah laku,sifat dan perangai yang baik.
- Etika dan moral merupakan prinsip
atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya.
- Etika dan moral seseorang atau
sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat
tetap,statis,dan konstan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap
orang.Untuk pengembangan potensi positif tersebut diperlukan
pendidikan,pembiasaan,dan keteladanan serta dukungan lingkungan mulai dari
lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat secaraterus menerus,berkesinambungan
dengan tingkat konsistensi tinggi.
- Persamaan keduanya terletak pada
fungsi dan peran yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan manusia
untuk ditetapkan baik atau buruk.
Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
- Objek:yaitu perbuatan manusia
- Ukuran: yaitu baik dan buruk
- Tujuan:membentuk kepribadian manusia
Selain ada persamaan antara etika
dan moral sebagaimana diuraikan diatas terdapat pula beberapa segi perbedaan
yang menjadi cirri khas masing-masing yaitu:
Etika bersifat teoritis.
Moral bersifat praktis.
- Pandangan mengenai
tingkah laku
Etika memandang tingkah laku manusia secara umum.
Moral memandang tingkah laku manusia secara khusus.
Penerapan Etika Dalam
Kehidupan Sehari – Hari
Dalam Bermasyarakat
- Seorang anak harus menghormati orang
tua,berbakti kepada orang tua dan taat pada orang tua.Karna orang tua kita
telah melahirkan,membesarkan kita dari kecil hingga dewasa yang penuh kasih dan
sayang.
- Kewajiban seorang anak hanya
membalasnya dengan tingkah laku dan sikap yang baik terhadap orang
tua,membahagiakan atau membanggakan orang tua melalui prestasi dan
keberhasilan.
- Ikhlas dan
mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda
pendapat.
- Menghindari
sikap ingin tampil dan membela diri dan nafsu.
- Tidak
memperuncing perselisihan, yaitu denga cara menafsirkan pendapat yang keluar
dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
- Tidak mudah
menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan
secara matang.
- Hindari permasalahan-permasalahan
khilafiyah dan fitnah.
- Berpegang
teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah membantah dan
kasar menghadapi lawan.
- Hormati
perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
- Jaga dan
perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka,
lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang
sepantasnya.
- Mendudukkan
orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi
hak dan dihargai.
- Perhatikanlah
mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka.
- Bermuka manis
dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai
dengan kemampuan akal mereka.
- Berbaik
sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
- Memaafkan
kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya dan tahanlah
rasa benci terhadap mereka.
- Dengarkanlah
pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantah membantah dengan
mereka.
- Berjalan
dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena
takabbur.
- Memelihara
pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
- Tidak
mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan manusia,
dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan
tempat mereka bernaung.
- Menjawab
salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
- Beramar
ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim,
masing-masing sesuai kemampuannya.
- Menunjukkan
orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta membela orang yang
teraniaya.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam
bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat
pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga
disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal
dari bahasa latin, societas, yang
berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata
socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata
sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam Tempat Kerja
Tempat kerja adalah suatu tempat
dimana pekerja bekerja dan melakukan proses produksi setiap harinya. Bagi
kapitalis, tempat kerja adalah tempat dimana keuntungan dihasilkan. Kapitalis
menciptakan berbagai macam alat untuk mengontrol buruh, dan kontrol yang ketat
dan meeksploitasi para pekerjanya.Tempat kerja adalah suatu tempat dimana
keluhan, kemarahan dan tuntutan para buruh muncul dan terus meningkat.Tempat
kerja adalah pertarungan terdepan dari aktivitas serikat buruh dan gerakan
buruh.
Janganlah mengenakan
pakaian kantor yang terlalu seksi dan terbuka jika di kantor terdapat peraturan
mengenakan pakaian tertutup. Jangan sampai atasan dan rekan kerja gerah melihat
pakaian anda yang terkesan seksi. Tampil modis dan bergaya tanpa membuka aurat
yang seharusnya tertutup.
Ketika anda menerima atau menelepon
menggunakan fasilitas kantor, hendaknya bukan digunakan untuk urusan pribadi.
Kalaupun anda kepepet menggunakan fasilitas telepon untuk keperluan pribadi,
jangan menggunakan line telepon terlalu lama. Apabila anda bekerja sebagai
costumer services suatu perusahaan, hendaknya selalu menyapa dengan sopan
setiap ada telepon masuk.
Di kantor, anda tak hanya bekerja
pada atasan saja. Anda pun memiliki rekan kerja yang mungkin saja seruangan
dengan anda. Janganlah menjadi seorang pekerja yang masam. Ketika anda datang,
sapalah seluruh rekan kerja anda dengan senyum ramah.
Kesimpulan
- Etika dan
Moral saling berhubungan, mengacu
kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan
perangkai yang baik.
- Penerapan Etika bisa meliputi
dalam wadah keluarga,masyarakat dan tempat kerja.
- Etika lebih bersifat umum
sedangkan Moral bersifat khusus.
- Etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.Perbuatan baik atau
buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika karena berasal dari hasil
berfikir.
- Moral meski
sering digunakan juga untuk menyebut akhlak atau etika tetapi tekanannya pada
sikap seseorang terhadap nilai baik-buruk, sehingga moral sering dihubungkan
dengan kesusilaan atau perilaku susila.
Jika etika masih ada dalam tataran konsep maka
moral sudah ada pada tataran terapan.
- Dilihat dari
segi sumbernya,etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.Sebagai hasil
pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak,absolute dan tidak pula universal.ia
terbatas,dapat berubah,dapatmemiliki kekurangan,kelebihan dan sebagainya.
- Dilihat dari
segi fungsinya,etika berfungsi sebagai penilai,penentu dan penetap terhadap
sesuatu perbuatan yang dilakuka oleh mnusia,yaitu apakah perbuatan tersebut
akan dinilai baik buruk,mulia,terhormat,hina dan sebagainya.Dengan demikian
etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilakuyang
dilaksanakan oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Supardan. 1996. Ilmu Teknologi dan Etika. Jakarta :
Gunung Mulia
Teichman, Jenny.1957.Etika Sosial – Pustaka Filsafat.Yogyakarta
: Kansius
Bertens.2007.Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kuntowijoyo.1987.Budaya dan Masyarakat.Yogyakarta
Magnis-Suseno,Franz.1984.Etika Umum.Yogyakarta
Sudjoko,dkk.2008.Pendidikan
Lingkungan Hidup.Jakarta:
Universitas Terbuka
Walpole,R.E.1992.Pengantar
Statistika.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.