Thursday 16 January 2014

Kereta Pedati Gede Pekalangan

     Kali ini saya akan kembali memberikan info mengenai salah satu kereta keraton yang ada di cirebon, yaitu Pedati Gede Pekalangan.


     Kereta ini adalah kereta peninggalan Pangeran Cakrabuana, anak dari Prabu Siliwangi yang dibuat pada tahun 1371. digunakan untuk mengangkut kebutuhan keraton, seperti mengangkut prajurit, memindahkan benda-benda besar, membantu pembagunan Mesjid Sang Cipta Rasa, da bahkan pernah menjadi sebuah benteng pada saat pertempuran berlangsung. Memang Pedati ini sangatlah besar mungkin menjadi Pedati terbesar di Indonesia.
    
     Berikut adalah spesifikasi dari Pedati Gede Pekalangan.
Tinggi 3,5 meter dan lebar 2,6 meter. Dengan menggunakan 6 roda berdiameter 2 meter dengan jari-jari 90 cm dan 2 roda kecil berdiameter 1,5 meter dengan jari-jari 70 cm.
     Tidak hanya besar, pedati ini memiliki banyak keunikan yaitu teknologi yang terdapat dalam pedati itu dinilai oleh banyak pengamat sebagai kereta yang melampaui tekologi zamannya. Terdapatnya semacam as terbuat dari kayu bulat berdiameter 15 cm yang menghubungkan  antar roda melalui poros yang ada di tiap rodanya denga pelumas dari getah pohon damar di tiap pertemuan antara roda tersebut dengan poros agar pertemuan antar as dan poros lancar dan tidak cepat aus. 
     Selain itu Pedati ini sudah menggunakan sistem knock down seperti kereta api, jika pada saat itu yang diagkut tak cukup dengan pedati ini maka dapat menggunakan pedati lain dengan mencangkolkannya di belakang pedati ini dan ditarik oleh kerbau bule.






Kereta Singa Barong dan Kereta Paksi Naga Liman Cirebon

     Cirebon memiliki banyak sekali keragaman budaya dan sejarah. Kali ini saya akan membagi sedikit info mengenai keunikan peninggalan sejarah Kota Cirebon berupa kereta kencana, yaitu Kereta Singa Barong dan Kereta Paksi Naga Liman.

     Kereta Singa Barong adalah sebuah Kereta Kencana yang bentuknya penggabungan dari 4 bagian hewan, singa / macan (tubuh, kaki dan mata), gajah (belalai), garuda (sayap), naga (kepala). Dibuat pada tahun 1571 Saka atau 1649 Masehi. Kereta ini digunakan untuk keperluan Sultan. Ditarik oleh 4 kerbau putih (kebo bule).

     Kereta Paksi Naga Liman, dari namanya sudah jelas bahwa kereta ini penggabungan dari 3 jenis hewan yaitu, Paksi = burung (sayap) Naga = naga (tanduk) Liman = gajah (belalai). Dibuat pada tahun 1350 Saka atau 1428 Masehi. Kereta ini digunaka oleh Sunan Gunung Jati untung berkeliling keraton.

   
     Kedua kereta itu di buat oleh Panembahan Losari. Kedua kereta itu memiliki kelebihan yang sangat unik, yaitu teknk pembuatan arsitekturnya tak jauh beda dengan kendaraan jaman sekarang. Misalnya, alat kemudi kereta memiliki sistem hidrolik dengan bahan kayu da baja.
     Memiliki suspensi sehingga pada saat digunakan kereta ini sangat nyaman membuat para sultan tidak merasakan guncangan saat roda menapaki jalan yang rusak.
     Roda keretapun dibuat secara stabil yang disesuaikan dengan suspensi. Roda kereta dibuat menonjol keluar dari jari-jari roda yang cekung kedalam agar menghindari cipratan air pada saat kereta melaju di jalan yang basah.
    Jika dilihat secara sepintas memang terlihat tak jauh beda. Namu pada Kereta Paksi Naga Liman sayap dan lidahnya dapat bergerak dan membuat kereta ini terlihat sangat hebat dijamannya.
   
     Menurut para ahli sejarah internasional kereta ini sangat luar biasa dan menjadi kereta kerajaan sempurna dan paling modern yang pada saat itu tak terfikirkan oleh orang pada saat itu.

Museum Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan adalah keraton terutua di Kota Cirebon, fungsi dari keraton ini sangatlah penting pada perkembangan dan kejayaan Kota Cirebon. Berikut akan saya paparkan sekilas sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon.

            Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelarPanembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan. Keraton ini terletak bersebelahan dengan Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan.
            Struktur bangunan di keraton ini di dominasi oleh budaya China, Eropa, dan Jawa. Terlihat dari struktur depan yang kental akan bangunan Jawa berupa benteng, pendopo dan gapura yang dihiasi dengan budaya China berupa keramik-keramik berelief yang ditempelkan pada tiap elemennya. Namun pada bagian dalamnya sangat kental dengan bangunan Eropa, dengan berdiri tembok yang kokoh seperti bangunan eropa pada zaman itu, dan kembali dihiasi dengan ornamen China berupa keramik berelief.


          Di depan Keraton terdapat alun-alun Sangkala Buana dan tepat disamping keraton terdapat sebuah masjid yaitu Masjid Sang Cipta Rasa yang erat kaitannya dengan sejarah Para Wali.
          Jika kita masuk lebih dalam keraton ini menyediakan sebuah ruangan-ruangan yang menyimpan benda-benda bersejarah, seperti alat perang yang berupa keris, trisula, gadha, pedang, kujang, baju zirah, meriam. Ada juga alat-alat tradisional yang diguakan pada masa itu. Disini juga terdapat kereta kencana yang berfungsi sebagai kendaraan kerajaan pada masa itu yaitu Kereta Singa Barong.